1.02.2010

frugality.


Baru nonton "The 11th hour", film yang diproduseri Leonardo DiCaprio tentang lingkungan, dan mendapatkan kosa kata baru. Frugality, atau kalau diindonesiakan frugalitas. Setelah itu aku sibuk  mengkampanyekan frugalitas dan gaya hidup frugal di FB, twitter, status YM.

Setelah 'kampanye' itu, aku dihujani pertanyaan, 'Apa sih itu? frugal..frugal..' Hmm.. Gaya hidup frugal itu intinya gaya hidup kita dalam rangka mengurangi beban kita terhadap bumi. Suatu gaya hidup dimana kita bijak menggunakan semua yang ada dalam hidup kita, baik barang dan jasa, dengan mengoptimalkan apa yang ada untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Biar gampang, prakteknya aja langsung. Kita bisa memulai gaya hidup frugal dengan mengurangi sampah, mengurangi kebiasaan-kebiasaan 'mahal', dan  meningkatkan efisiensi penggunaan semua barang dan jasa. Lebih jauh lagi? Kita bisa menjauhi nilai-nilai sosial yang banyak mengeluarkan uang dan membuat kita konsumtif, lebih memilih opsi-opsi yang tidak memerlukan biaya, sebisa mungkin melakukan barter, dan terus update dengan hal-hal menyangkut pasar lokal, baik barang dan jasa.

Mungkin ada yang berpikir frugalitas ini ribet banget ya.. Ngga salah juga sih,  karena gaya hidup seperti ini memang berkaitan dengan satu sistem besar. Dan ngga semua elemen dari sistem itu memiliki pandangan yang sama terhadap gaya hidup frugal. Misalnya, gaya hidup frugal ini akan merugikan pihak yang memiliki kepentingan untuk membuat kita konsumtif. Itu frontalnya.

Ngga usah jauh-jauh, gaya hidup frugal ini pasti banyak hubungannya tempat-tempat komersil seperti toko-toko atau pasar. Bayangin aja, kalau ada satu daerah yang masyarakatnya sangat frugal, toko dan pasarnya ngga selaku daerah yang masyarakatnya konsumtif.

Gaya hidup seperti ini juga bisa mempengaruhi kultur perusahaan. Contoh sederhana, misalnya dalam penggunaan kertas di perusahaan. Bisa aja ada perusahaan yang menerapkan suatu peraturan dalam penggunaan listrik, kertas, air, dan semua yang berhubungan dengan hampir setiap orang di perusahaan tersebut.

Tiap orang punya kecenderungan apa yang terbaik dari sisi ekonomi, materi, kebiasaan, dan sisi kehidupan lainnya. Filosofi dasarnya adalah kita bisa menghemat untuk sesuatu yang tingkat keperluannya lebih tinggi. Dan kalau kita berpikir panjang, ujung-ujungnya ngga cuma penghematan dalam bentuk uang, tapi juga penghematan energi. Bukan tidak mungkin dengan menghemat penggunaan kertas yang dilakukan jutaan orang di dunia, banyak pohon yang terselamatkan.

Ada enviromentalis yang mendeskripsikan sebagai gaya hidup yang menganut 'perlu sedikit, bawa sedikit'. Bisa juga gaya hidup yang lebih memilih ke alam dibandingkan dengan buatan manusia. Atau hidup sederhana dengan memiliki barang sesedikit mungkin.

Sangat wajar bila kebanyakan gaya hidup saat semakin jauh dari gaya hidup frugal karena sifat dasar manusia yang pengen 'instan', ngga mau susah, pengen hidup nyaman, ngga sabar, dan sifat-sifat lainnya. Konsekuensinya? Beban bumi terhadap manusia-manusia ini semakin berat, terlebih dari pertambahan penduduk yang eksponensial. Terlepas dari isu pemanasan global yang kadang membuat bosan, kesadaran untuk mengurangi beban bumi ini harus  kita mulai. Sebelum membahas frugalitas lagi, sudah siap memfrugalkan diri? :p

No comments: