Setelah tulisan tentang baca dulu label makanan, sekarang saatnya kita menjadi konsumen cerdas, dalam hal ini bahasannya adalah makanan! Menjadi konsumen cerdas berarti bisa kritis terhadap apa yang dibeli. Sadar betul apa yang dibeli beserta dampak atau konsekuensinya. Membaca label adalah langkah awal menjadi konsumen cerdas karena dengan begitu kita sedikit banyak tahu kondisi makanan yang kita beli.
Apa saja sih yang harus diperhatikan pada label makanan?
Informasi gizi (nutrition facts).
Di situ tercantum berapa jumlah penyajian dalam kemasan, termasuk takaran penyajian. Ini sering kali kita abaikan, apalagi untuk cemilan. Misalnya, satu kantung kacang yang tertera 2,5 penyajian, kita habiskan sendiri. Otomatis semua angka-angka yang tertera dalam informasi gizi harus anda kalikan 2,5.
Cek lagi jumlah kalori, baik kalori total maupun per sajian. Yang tidak kalah penting adalah jumlah kalori dari lemak. Jumlah kalori dibawah 100 per sajian tergolong rendah, 100-200 sedang, diatas 200 termasuk tinggi. Ini berlaku untuk cemilan ya, bukan makanan berat. Standar kalori yang dibutuhkan per orang setiap harinya rata-rata 2000. Jadi tinggal atur-atur sendiri berapa banyak cemilan yang masih 'wajar' dimakan.
Komposisi bahan (ingredients).
Semua bahan-bahan yang terkandung di dalam makanan seharusnya dicantumkan di sini. Tapi kalau anda jeli, terkadang produsen makanan tidak mencantumkan semua. Bisa karena itu dianggap 'rahasia perusahaan' supaya resepnya ngga bocor, atau bahan tersebut termasuk bahan yang seharusnya tidak digunakan. Biasanya yang dicantumkan di awal informasi adalah bahan yang paling banyak digunakan, seperti tepung, gula, mentega, atau telur misalnya.
Setelah itu biasanya dicantumkan pula zat-zat tambahan makanan lainnya. Nah, ini yang juga tidak boleh dilewati. Penguat rasa seperti MSG, pengawet, pewarna, baik kimiawi maupun natural biasanya dicantumkan di sini. Tapi yang menjadi masalah berikutnya, kita tidak selalu tahu, bahan itu berbahaya atau tidak. Kita ngga selalu tahu seberapa banyak zat tersebut bisa kita konsumsi. Biasanya untuk bahan-bahan tambahan seperti itu ada penjelasan seberapa banyak bisa kita konsumsi per kilogram berat badan. Jadi anak-anak dan dewasa tentunya punya kadar toleransi yang berbeda.
Biasanya pada label dicantumkan pula kandungan lemak, karbohidrat, protein dan vitamin yang terkandung atau ditambahkan. Untuk informasi lemak, ada beberapa kategori yang harus diperhatikan. Ada makanan yang mencantumkan "bebas lemak". Berarti makanan tersebut mengandung maksimal 0,5 gram lemak per takaran. "Rendah lemak" kurang lebih 3 gram. Pehatikan pula berapa jumlah lemak jenuh/ tak jenuhnya. Sebisa mungkin makanan tersebut tidak mengandung lemak jenuh.
Sering kali angka yang tercantum di label makanan menggunakan persen, yang merupakan nilai harian. Kembali lagi, ini mengacu pada jumlah kalori rata-rata orang dewasa, 2000 kalori. Jadi untuk yang diet rendah kalori, misalnya 1500 kalori, ya harus dihitung ulang. Hitung kasar aja lah, ngga perlu sampe detil. Pusing nanti tiap makan :p Misalnya, kandungan lemak total pada sebuah produk adalah 5% persen, berarti jumlah lemak total tersebut 5% dari 2.000 yaitu 100 kalori lemak.
Ada beberapa informasi lainnya yang harus diperhatikan, terutama untuk orang-orang yang punya kondisi kesehatan tertentu. Kalau punya bawaan sakit jantung atau obesitas, kita harus sangat berhati-hati dengan informasi lemak ini. Sementara untuk yang punya penyakit darah tinggi, karena harus menghindari garam, perhatikan kadar sodiumnya. Hati-hati pula dengan bawaan alergi seperti misalnya alergi kacang atau protein susu (laktosa). Ada beberapa orang yang sangat sensitif dengan kacang. Biasanya hampir setiap produk luar mencantumkan tulisan "May contain traces of nut". Artinya walaupun sangat kecil jumlahnya, masih ada kandungan kacang dalam produk tersebut.
Jadi, jangan lupa cek label setiap beli makanan, dan jadilah konsumen yang cerdas!! :)
No comments:
Post a Comment