Pagi ini ada yang dateng, namanya Pur. Dia yang biasa bantu kita membereskan tanaman dan halaman di depan rumah. Hihi, udah lama banget ngga dipangkas udah kaya utan :p Hm..mumpung ada yang ngerjain, taman depan diapain ya?
"Nur, ada ide ngga taman diapain?" Hmm.. jeda sejenak, Nur menggeleng.
"Mit, ada ide ngga diapain?"
"Hmm.. gimana kalo taman depan kita semen aja. Biar ngga usah susah susah ngurus taman, nambah-nambahin banjir?" Dengan sedikit senyum 'sinis-nakal'. Ya ya.. tak mungkin lah kita menyemen tuh taman.
"Ho..biar hijau, gimana kalo kita tanem pohon mangga aja persis depan garasi?"
"Tanggung mbak, beringin aja sekalian. Biar ada yang jaga mobil supaya ngga dicuri orang."
Haha.. "Bisa juga tuh ditanem beringin. Tapi jangan depan garasi aku. Di depan garasimu aja gimana?"
Hmm, berapa banyak ya rumah yang masih mempertahankan 'lahan hijau'nya untuk jalan air menjadi air tanah? Tidak mengorbankan lahan hijau dengan dalih perlu garasi, perlu tempat usaha, perlu mengeraskan halaman, dan keperluan lainnya yang tampaknya lebih penting dibandingkan mempertahankan lahan hijaunya?
"Ah, air masih banyak.. Kalau pun susah air, paling bukan generasi kita.." Kalau yang ini nadanya beneran sinis :p
Kata siapa krisis air masih lama? Bukan tidak mungkin krisis air terjadi dalam 5 tahun ke depan dengan keadaan seperti ini. Apalagi ditambah dengan tidak menghemat air. Lengkaplah 'mantra-mantra' pemanggil krisis air.
Sekarang, hujan kecil aja, kiri kanan jalan udah banjir. Dan tampaknya banjir ini tidak hanya di sekitar rumah, tapi mulai meluas. Gimana nih Pak Walikota? Rumah bapak belum pernah kebanjiran ya?
*Semoga masih banyak orang yang sadar untuk mempertahankan lahan hijaunya. Selamat bekerja Pur. Terima kasih udah bantu mengurus 'lahan hijau' di rumah :p
No comments:
Post a Comment