2.24.2010

berhenti memaki.

Ketika hujan turun tidak seperti tetesan-tetesan menyejukkan, tapi seperti jutaan gayung yang tak pernah berhenti mengguyur. Kemudian mereka bersatu menghanyutkan siapa saja yang ditemui.
Kenapa manusia memaki?

Ketika matahari bersinar dengan terang, seperti jutaan lampu sorot yang siap memanggang. Kemudian mereka menjadikan tanah ini gersang.
Kenapa manusia memaki?

Bagaimana ketika langit memaki kita yang  menutup pori bumi dan tidak pernah peduli karena tanah berteriak kehabisan nafas, sehingga air-air itu hanya sepintas lalu lewat tanpa bisa meresap?

Bagaimana ketika langit mengadu karena perlahan-lahan terkikis, menjadi lubang-lubang yang mempersilakan sinar matahari berhamburan masuk?

Apakah kita mendengarnya?

Hentikan dulu makianmu,
sebelum kamu bisa mendengar apa yang dikatakan alam,
dan cukup mengerti apa yang telah kita perbuat.

No comments: